Kamis, 08 Desember 2011

SLUMP TEST





SLUMP TEST
Mengacu pada SNI1972-2008 (Standar Nasional Indonesia),
Mengenai Cara Uji Slump Beton - ICS 91.100.30.

Umum
Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton, baik di laboratorium
maupun dilapangan.Nilai-nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan digunakan sebagai standar.

Cara uji ini dapat diterapkan pada beton plastis yang memiliki ukuran maksimum agregat kasar hingga 37,5 mm (1 ½ in.). Bila ukuran agregat kasar lebih besar dari 37,5 mm (1 ½ in.), metode pengujian dapat diterapkan bila digunakan dalam fraksi yang lolos saringan 37,5 mm (1 ½ in.),dengan agregat yang ukurannya lebih besar dibuang/disingkirkan sesuai dengan Bagian “Additional Procedures for Large Maximum Size Aggregate Concrete” dalam AASHTO T 141. Cara uji ini tidak dapat diterapkan pada beton non-plastis dan beton nonkohesif

Beton dengan nilai slump < 15 mm mungkin tidak cukup plastis dan beton yang slumpnya > 230 mm mungkin tidak cukup kohesif untuk pengujian ini.
Oleh karena itu harus ada perhatian yang seksama dalam menginterpertasikan hasil pengujian

Beton Segar
Adukan beton yang bersifat plastis yang terdiri dari agergat halus, agregat kasar,semen, dan air, dengan atau tanpa bahan tambah atau bahan pengisi

Slump Beton
Penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang diukur segera,
setelah cetakan uji slump diangkat

Rangkuman dari cara uji
Satu contoh campuran beton segar dimasukkan ke dalam sebuah cetakan yang memiliki
bentuk kerucut terpancung dan dipadatkan dengan batang penusuk. Cetakan diangkat dan
beton dibiarkan sampai terjadi penurunan pada permukaan bagian atas beton. Jarak antara posisi permukaan semula dan posisi setelah penurunan pada pusat permukaan atas beton diukur dan dilaporkan sebagai nilai slump beton

Alat uji
Alat uji harus berupa sebuah cetakan yang terbuat dari bahan logam yang tidak lengket dan tidak bereaksi dengan pasta semen. Ketebalan logam tersebut tidak boleh lebih kecil dari 1,5 mm dan bila dibentuk dengan proses pemutaran (spinning), maka tidak boleh ada titik dalam cetakan yang ketebalannya lebih kecil dari 1,15 mm.

Cetakan harus berbentuk kerucut terpancung dengan diameter dasar 203 mm, diameter atas 102 mm, tinggi 305 mm. Permukaan dasar dan permukaan atas kerucut harus terbuka dan sejajar satu dengan yang lain serta tegak lurus terhadap sumbu kerucut. Batas toleransi untuk masing-masing diameter dan tinggi kerucut harus dalam rentang 3,2 mm dari ukuran yang telah ditetapkan. Cetakan harus dilengkapi dengan bagian injakan kaki dan untuk pegangan.Bagian dalam dari cetakan relatif harus licin dan halus, bebas dari lekukan, deformasi atau mortar yang melekat.
Cetakan harus dipasang secara kokoh di atas pelat dasar yang tidak menyerap air. Pelat dasar juga harus cukup luas agar dapat menampung adukan beton setelah mengalami slump.

Catat nilai slump contoh uji dalam satuan milimeter hingga ketelitian 5 mm terdekat.
Nilai Slump = Tinggi alat slump – tinggi beton setelah terjadi penurunan

0 komentar:

Posting Komentar